Rabu, 16 September 2015

Analisis tembang pocung



Analisis tembang pocung

1.      TEMBANG POCUNG
Taman limut durgameng tyas kang weh limput
Kerem ing karamat
Karana karoban ing sih
Sih ing sukma ngrebda sahardi gengira

2.      PAUGERAN
Guru lagu lan guru wilangan   : 7u 6a 8i 12a
Guru gatra                               : 4 gatra
Pada                                        : 1 pada

3.      TEGES PER TEMBUNG
Taman             : Taman                                   Karana             : Karena                      
Limut              : Kabut, slimut                        karoban           : Kebanjiran
Durgameng     : Bahaya, halangan                  ing                   : Di
Tyas                 : Hati                                       sih                   : Kasih, cinta
Kang               : Yang                                     Ing                   : Di
Weh                 : Aweh, memberi                     sukma              : Roh
Limput             : Menutupi, meliputi              ngrebda           : Tumbuh
Kerem             : Tenggelam                             sahardi             : Sebesar
Ing                   : Di                                          gengira                        : Gunung
Karamat          : Sakral

4.      MAKNA/ISI
Tiyang ingkang sampun nggadaih keluhuran budi ingkang jero utawa maen mboten bakal tergoda marang perkawis perkawis ing njero ati kang nimbulaken khilaf kayata dendam, iri, lan emosi. Dados kita kedah nyukuri anugerah Tuhan ingkang Maha Agung kayata gunung supaya mboten terjerumus marang perkawis-perkawis wau.

5.      PITUTUR LUHUR
ü  Sinau dadi wong sing luhur budine
ü  Dadi wong kudu bisa sabar ngadepi masalah/alangan
ü  Dadi wong kudu bisa njaga hawa nafsu
ü  Anugrah Tuhan kedah kita syukuri
                                                                                                        
6.      BANDINGNA KARO KEHIDUPAN SAIKI
Tiyang zaman riyin sami saged nahan hawa nafsu lan kathah ingkang nggadahi keluhuran budi ingkang agung lan uga sami mensyukuri nikmat Tuhan. Benten kalih tiyang saiki,Tiyang zaman saiki mboten saged kuat nahan hawa nafsu lan tiyang ingkang nggadahi keluhuran budi namung kantun sekedik. Tiyang zaman saiki uga kurang mensyukuri kaliyan nikmat ingkang sampun diparingaken Tuhan dening kita.

7.      BAHASA INDONESIA
Taman limut durgameng tyas kang weh limput
(Dalam kabut kegelapan, masalah dihati yang selalu menghalangi)
Karem ing karamat
(Larut dalam kesakralan hidup)
Karana karoban ing sih
(Karena temggelam dalam kasih sayang)
Sih ing sukma ngrebda sahardi pengira
(Kasih sayang sukma (sejati) tumbuh berkembang sebesar gunung)

8.      INTINE TEMBANG POCUNG
Urip ana ing dunia kedah digunakake sebecik-becike kanthi cara nahan hawa nafsu, dadi wong sing luhur budine, lan saged nyukuri anugrah Tuhan supados saged slamet ing dunia lan akherat.

Selasa, 08 September 2015

asmaul husna al Adl



Al-'Adl
Al-‘Adl  artinya Maha Adil. Keadillan Alloh SWT.bersifat mutlak, tidak dipengaruhi oleh apapun dan oleh siapa pun. Keadillan Alloh juga didasari dengan ilmu Alloh yang Maha Luas. Sehingga tidak mungkin keputusan-Nya salah.
       
       Allah Mahaadil
Dalam arti, Dia tidak akan menghilangkan hak seseorang. Dia juga akan senantiasa mencurahkan karunia-Nya kepada setiap makhluk sesuai dengan ketentuan alam yang berpijak di atas kebijaksanaan-Nya. Kezaliman berarti menghilangkan atau merampas hak secara paksa. Kalau memang demikian, maka makna keadilan dan kezaliman tak lain dari sesuatu hal yang berhubungan erat dengan keberadaan hak tertentu.
Sekarang, marilah kita telah bersama, apakah Allah memiliki tuntutan tertentu? Apakah seluruh makhluk yang ada sejak pertama kali diciptakan telah memiliki suatu hak, untuk kemudian diabaikan, dirampas, dan dilenyapkan? Apakah sejak dahulu kala kita telah memiliki sesuatu (hak) untuk kemudian lenyap oleh suatu kezaliman?
Yang jelas, di jagat alam ini, terdapat pelbagai ciptaan dalam bentuknya yang berbeda satu sama lain. Sebagian benda mati, sebagian lain benda hidup. Sebagian binatang, sebagian lainnya manusia. Akan tetapi, seluruh ciptaan tersebut sebelumnya sama sekali tidak memiliki hak eksistensial apapun, yang kemudian bisa dikatakan tidak diakui atau bahkan dirampas dan dilenyapkan.

Keadilan: Prinsip Agama
Sekalipun Allah memiliki cukup banyak sifat seperti MAllahijaksana, Mahakuasa, Mahatahu, dan seterusnya, lantas mengapa justru konsep keadilan, dan bukan salah satu dari sifat di atas, yang dijadikan prinsip keagamaan?
Mengapa tidak dikatakan bahwa prinsip keagamaan yang pertama adalah tauhid, sedangkan yang kedua adalah hidup (al-hayah) atau Mahamengetahui (al-'alim)? Atas dasar apa menjadikan keadilan sebagai prinsip keagamaan yang kedua setelah ketauhidan?
Salah satunya adalah untuk menanggapi sekelompok kecil masyarakat Islam-kaum 'Asy'ariyah-yang tidak beranggapan bahwa Allah senantiasa bertindak adil. Mereka (kelompok 'Asy'ariyah) mengatakan bahwa apapun yang dilakukan dan dikehendaki Allah adalah benar dan adil, sekalipun menurut akal serta pengetahuan kita, semua itu buruk, tercela, dan zalim!!
Misalnya dikatakan, "Apabila Allah hendak memasukkan Amirul mukminin Ali bin Abi Thalib ke dalam neraka, sementara Ibnu Muljam ke dalam surga, semua itu tentu tidak ada masalah." Jelas, kita akan menolak rumus berpikir semacam mi. Kita yakin betul bahwa keadilan merupakan bagian dari prinsip akidah.[5] Berdasarkan pikiran logis yang dikuatkan ayat-ayat al-Quran, kita akan menjumpai baliwasannya segenap perbuatan Allah benar-benar bijaksana dan ditandasi oleh perhitungan yang sangat cermat. Dia sama sekali tidak akan pernah melakukan perbuatan buruk dan tercela. Keimanan terhadap keadilan Ilahi berpengaruh besar dalam membenahi manusia:
1. Sebagai kontrol terhadap dosa-dosa. Tatkala meyakini bahwa ucapan dan perbuatannya senantiasa berada di bawah pengawasan-Nya, tentu seseorang tidak akan meremehkan perbuatannya sekecil apapun. Dirinya yakin betul bahwa kelak segenap perbuatan (baik atau buruk) yang pernah dilakukannya akan diganjar. Seraya itu, ia juga akan beranggapan bahwa mustahil dirinya dilepas begitu saja tanpa adanya ikatan atau aturan (yang dalam hal ini banyak dibahas al-Quran dalam pelbagai ayatnya).
2. Berprasangka baik. Seseorang yang mengimani keadilan Ilahi akan berprasangka baik terhadap sistem yang beroperasi dijagat alam ini. Keyakinan terhadap keadilan Allah niscaya akan menjadikan seseorang beranggapan bahwa pelbagai kejadian pahit yang menimpanya tak lain dari sesuatu yang menyenangkan. Orang semacam ini tidak akan pernah merasa getir dan berputus asa.
3. Keimanan terhadap keadilan Ilahi merupakan faktor penggerak timbulnya keadilan dalam konteks kehidupan individu maupun masyarakat. Setiap orang yang rneyakini keadilan Allah, tentu akan mudah menerima keadilan dalam hidupnya, baik secara individual maupun sosial.

Contoh dari Al-‘Adl
Misalnya, seseorang yang merobek-robek selembar permadani yang lebar. Dalam hal ini, permadani yang sebelumnya memiliki ukuran yang lebar tersebut, setelah dirobek-robek, tinggal menjadi serpihan-serpihan kecil alias tidak lebar lagi (kehilangan kelebarannya). Berbeda, misalnya,ketika permadani tersebut memiliki ukuran yang kecil sejak pertama kali ditenun. Jelas, permadani kecil itu tidak memiliki alasan untuk mengatakan, "Mengapa saya kecil?"
Sebab, sebelumnya ia (permadani berukuran kecil tersebut) bukanlah sesuatu dan tidak ada (eksistensinya) sama sekali. Dan Ketika diadakan (ditenun seseorang) pun, permadani tersebut sama sekali tidak memiliki ukuran yang besar, yang kemudian seseorang merampas dan meniadakan ukurannya yang besar tersebut.
Yang kedua, Seorang guru tanpa pandang bulu memberikan nilai yang sama kepada seluruh muridnya tanpa memperhatikan kerajinan serta usaha belajar masing-masing murid tentu bisa dikatakan bahwa ia telah bertindak zalim. Perbuatan guru tersebut persis sama dengan perbuatan zalim seorang dokter yang memberi obat yang sama kepada seluruh pasiennya tanpa terlebih dulu memeriksa kondisi masing-masingnya (yang tentunya mengidap penyakit yang berbeda-beda sehingga meniscayakan obat yang berbeda-beda pula).
Keadilan yang niscaya bagi seorang dokter dan guru ialah ketika mereka memberi angka (sang guru) dan obat (sang dokter) yang berbeda-beda. Dan, perbedaan ini bukanlah sebuah diskriminasi. Perbedaan tersebut merupakan sesuatu yang niscaya, alamiah, wajar, dan bukan sekadar bermain-main. Segenap perbedaan yang diberlakukan dilandasi oleh suatu kebijaksanaan. Dengan demikian, perlakuan membeda-bedakan dan tidak pukul rata, selama masih berada dalam lingkup kebijaksanaan, tidak dapat dikatakan sebagai tindakan zalim.

Kesimpulan:
      Allah itu adil kepada siapa dan apa saja, baik manusia, makhluk lain, maupun alam ciptaan-Nya. Segala yang diciptakan Allah sudah ditetapkan dengan adil. Ada siang ada malam, ada laki-laki ada perempuan, dan sebagainya.

        Nama  : Riskiani Presilia
        Kelas  : XD1 / XRPL1
        No    : 26

SMK NEGERI 1 KEBUMEN